Dilanda Kemarau Panjang, Warga Desa Tamanagung Gelar Ritual Unik Pemanggil Hujan

    Dilanda Kemarau Panjang, Warga Desa Tamanagung Gelar Ritual Unik Pemanggil Hujan

    BANYUWANGI - Saat hujan tidak turun dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kekeringan dan krisis air bersih di berbagai daerah. Air hujan memiliki peran penting seperti untuk mengairi persawahan, persediaan cadangan air, hingga membersihkan polusi udara. Sejak zaman dahulu, masyarakat menggelar berbagai tradisi sebagai ungkapan syukur, sekaligus ritual meminta hujan kepada Tuhan. Air bagi manusia adalah sumber kehidupan.

    Tradisi meminta hujan masih banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk salah satunya di Jawa Timur. Ada beberapa tradisi yang dipercaya untuk meminta hujan seperti tradisi Tiban. Hari ini tradisi unik tersebut di gelar oleh warga Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Senin (2/10/2023).

    Setelah mendengar kabar adanya tradisi tiban, para jawara tiban dari sejumlah desa di Kabupaten Banyuwangi berdatangan. Mereka saling pamer ketangkasan dan kelihaian dalam adu cambuk di bawah sengatan matahari dengan iringan gamelan khas tiban. Jawara tiban yang tak bisa menghindar dari cambukan lawan, punggung dan kedua tangannya pasti berdarah-darah. Karena cambuk yang digunakan di tradisi warisan leluhur ini terbuat dari kulit (welat) bambu apus, yang dililit dengan lidi aren dan tali rafiah.

    "Pasti meninggalkan luka sabetan. Ini lihat punggung saya, " terang Dedit Setiawan (31), jawara tiban asal Dusun Cemetuk, Desa Cluring, Kecamatan Cluring, usai mengikuti pagelaran tiban tersebut.

    Menurut Dedit, aturan main dalam tiban saat dua jawara naik ke atas ring. Mereka saling beradu cambuk satu lawan satu. Mereka diberi kesempatan menyabetkan cambuknya sebanyak tiga kali, dan menangkis tiga kali secara bergantian. Tidak boleh pakai amarah, jika sudah selesai menurutnya keduanya bersalaman sebagai bentuk persaudaraan. "Tidak boleh mencambuk bagian leher ke atas, perut ke bawah. Jika melanggar, dari 3 cambukan akan dikurangi satu cambukan, " jelasnya.

    Davit, sebagai Ketua Pelaksana tradisi tiban berharap, dengan dilaksanakannya tiban di Desa Tamanagung dapat melestarikan budaya Tiban di Kabupaten Banyuwangi. Sekaligus sebagai sarana ajang silaturahmi bagi para penggiat tiban yang ada di Banyuwangi maupun yang datang dari luar Kabupaten Banyuwangi.

    "Selain sebagai ajang silahturahmi para pegiat tiban, pagelaran tiban kali ini juga untuk memohon dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar di tengah kemarau panjang saat ini dengan digelarnya tiban ini menurutnya untuk memohon dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar ditengah kemarau panjang saat ini bisa diturunkan hujan, agar bencana kekeringan tidak melanda. Itu harapan kami, " pungkas Davit.

    banyuwangi jatim
    Hariyono

    Hariyono

    Artikel Sebelumnya

    Dr. Ing. Ilham Habibie: International University...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Anjangsana ke Warga, Bhabinkamtibmas Polsek Bungursari Polres Purwakarta Sampaikan Pesan Kamtibmas
    Tingkatkan Pengawasan, Babinsa Kodim 1427/Pasangkayu Cek Bahan Pokok Jelang Libur Akhir Tahun
    Sambang Malam Rutin, Bhabinkamtibmas Polsek Bungursari Polres Purwakarta Tegaskan Pentingnya Kamtibmas
    Bhabinkamtibmas Tingkatkan Giat Sambang Kepada Warga Kelurahan Nagrikidul
    Barongan Bambu Tersangkut di Jembatan Gantung, Babinsa Posramil 0824/30 Sukorambi  dan Warga Dusun Darungan Bergerak Cepat

    Ikuti Kami