OPINI - Tidak ada masalah Anies dengan NU. Begitu juga sebaliknya, tidak ada masalah NU dengan Anies. Karena Anies mau nyapres, dibikinlah masalah. Ada pihak-pihak tertentu yang adu domba Anies dengan warga NU. Provokasinya dahsyat sekali. Pintu masuknya menggunakan Habib Rizieq (FPI) dan HTI.
Di pilgub DKI 2017, Anies didukung Habib Rizieq. Padahal, AHY juga didukung oleh Habib Rizieq. Habib Rizieq mendukung siapapun yang jadi lawannya Ahok. Karena Ahok menista agama. Tidak hanya Habib Rizieq, Kiai Ma'ruf Amin, ketua MUI saat itu juga tidak suka dengan Ahok. Ini kemudian terbukti di pengadilan. Ahok menista agama dan dipidana dua tahun penjara. Sampai di sini, anda paham?
Habib Rizieq mendukung calon muslim. Calon muslim di pilgub DKI ada dua pasang yaitu Anies-Sandi dan AHY-Silviana Murni.
Dukungan Habib Rizieq inilah dijadikan pintu masuk untuk stigmatisasi radikal atau kelompok Islam garis keras terhadap Anies. Kenapa tidak menuduh Sandiaga Uni? Karena Sandiaga Uno sudah bergabung dan menjadi menteri. Kenapa tidak menuduh AHY dan Silviana Murni? Karena pasangan ini kalah. Coba kalau pasangan ini yang menang, maka bukan Anies yang dituduh radikal, tapi AHY dan Silviana Murni. Itupun kalau AHY punya potensi nyapres. Kalau tidak, buat apa capek-capek siapin buzzer untuk membuat stigma radikal pada AHY? Buang-buang uang.
Betul kata Jaya Suprana, Anies banjir tuduhan dan kebencian karena Anies menang di pilgub DKI. Kalau kalah, tidak akan ada lagi tuduhan. Tuduhan semakin menjadi-jadi dan luar biasa masif ketika Anies ikut nyapres.
Tuduhan Anies kadrun dan menjadi bagian dari kelompok Islam garis keras juga diarahkan kepada Prabowo-Sandi ketika nyapres 2019. Coba renungkan, dari mana pula bisa menuduh Prabowo dan Sandi itu kadrun dan Islam Garis Keras. Ini karena mereka nyapres. Setelah bergabung dengan koalisi istana, hilang tuduhan itu. Seperti tidak ada jejak. Apalagi sekarang, dukungan istana diarahkan ke Prabowo. Gak kadrun lagi. Kadrun atau tidak itu bergantung, dia nyapres atau tidak? Jadi kawan atau lawan? Kalau lawan, berarti kadrun.
Inilah politik. Yang tidak tahan akan bilang: ini jahat sekali. Fitnah luar biasa besar. Semua hal dihalalkan. Semua cara ditempuh untuk membunuh karakter lawan. Fitnah ditebar, agar lawan kalah.
Siapa yang membenturkan Anies dengan warga NU? Siapa yang menghadap-hadapkan warga NU dengan Anies? Semua orang tahu: siapa lagi kalau bukan pihak yang tidak ingin Anies nyapres. Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan Anies jadi presiden.
Imajinasi yang terus dimunculkan adalah bahwa Anies didukung FPI dan HTI. Jika Anies menang akan mendirikan negara khilafah dan mengganti pancasila. Khilafah? gundulmu! Ganti pancasila? Otakmu taruh dimana?
Yang lebih soft lagi mereka bilang: Aniesnya sih tidak masalah. Tapi para pendukungnya yang bermasalah. Nah..ini nih. Emang ada pendukung bisa mempengaruhi presiden? Enggak ada bosku... Enggak ada.
Baca juga:
Cappadocia, Film, dan Pemasaran Pariwisata
|
Pokoknya Anies mau mendirikan khilafah. Ini berbahaya sekali. Maka jangan dipilih. Fitnah ini yang terus dikampanyekan melalui para buzzer, memprovokasi warga Jateng dan Jatim yang notabene mayoritas NU. Ini jauh dari kebenaran dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Fitnah! Bagi mereka yang paham, pasti "ngelus dodo". Sebegitunya ingin menghancurkan orang, dilakukan dengan fitnah yang teramat keji. Menggunakan orang-orang terdidik yang dibayar mahal untuk terus melakukan provokasi.
Mas, Mbak, Om, Tante, HTI itu tidak berpolitik. Mereka tidak ikut dalam pemilu. Bagaimana mungkin mereka mau dukung Anies? Anies SMA ikut pertukaran pelajar di Amerika, S2 dan S3 di Amerika, rektor Paramadina yang banyak orang bilang kampusnya mahasiswa liberal, dan membuat LSM "Indonesia Mengajar" yang mengirim para guru ke pelosok-pelosok negeri yang beragam etnis dan agama. Malah di daerah-daerah terpencil seperri NTT dan Papua, mayoritas beragama Kristen. Lalu Anies dituduh radikal dan Islam Garis Keras. Masuk akal gak?
Warga NU sengaja terus diprovokasi dan dihadap-hadapkan dengan Anies agar tidak mendukung Anies. Karena warga NU jumlahnya mayoritas di negeri ini, ada pihak yang tidak ingin warga NU dukung Anies. Ada pihak yang berupaya keras bagaimana warga NU benci terhadap Anies sehingga tidak memilih Anies. Ini jahat sekali.
Kalau mau lihat hubungan Anies dengan NU, lihatlah Jakarta. Tanyakan bagaimana hubungan antara Anies dan NU di Jakarta. Sangat harmonis dan produktif. Banyak kerjasama yang dilakukan Pemprov DKI dangan NU. 83% warga DKI puas kinerja Anies. Mayoritas warga DKI adalah NU. Fakta ini apa tidak membuat kesadaran masyarakat untuk menolak provokasi yang terus mencoba membenturkan warga NU dengan Anies.
Waspadalah...waspadalah. Ada yang terus berupaya benturkan warga NU dengan Anies, dan provokasi agar membenci Anies. Waspadalah!
Baca juga:
Belanja Daerah yang Efektif di Masa Pandemi
|
Jakarta, 12 Mei 2023
Penulis : Pemerhati Sosial Politik